Lanjut ke konten

Pabrik Es Batu

18 Juni 2012

Ahad siang ini panas. Bolak-balik saya mencampurkan minuman bersoda (limun) dengan es batu. Lalu ingatan saya pun segera terlempar ke Salatiga. Ingatan tentang pabrik es batu. Sulit sekali bagi saya mengingat ada berapa pabrik es. Waktu itu sebutan lengkapnya kalau bukan “pabrik es batu” ya “pabrik es balok”.

Untuk sementara yang teringat adalah pabrik es di Jalan Tanjung dan Jalan Kotamadya (Jalan Sukowati) dekat bioskop Ria (Madya). Oh ya, kalau tak salah ada lagi di Jalan Ksatrian (Ahmad Yani) dan satu lagi di Jalan Bringin (Pattimura). Yang di Jalan Tanjung pabriknya tak punya halaman, bangunannya melebar seolah memepet jalan. Yang di Jalan Kotamadya pabriknya berhalaman luas, berupa tanah yang berdebu saat kemarau. Saya sebut luas karena sepeda bisa melakukan aneka putaran di sana. Bangunan rumahnya separo tembok separo papan.

Saya menduga semua rumah makan dan penjual minuman mengambil es dari pabrik-pabrik itu. Dan ada satu hal yang saya ingat: karena sampai awal 70-an kulkas masih barang mewah maka banyaklah keluarga yang membutuhkan es harus membeli es batu ke pabrik. Termasuk keluarga saya.

Es batu yang tersedia untuk keluarga biasanya sudah dipotong seukuran sekitar 30 cm x 20 cm x 20 cm. Tentang ukuran ini kalau salah tolong Anda koreksi. 🙂 Tetapi seberapa pun ukurannya, pada awal 70-an itu tas kresek belum dikenal sehingga pembeli harus membawa tas sendiri untuk membawa es batu. Jarang yang menenteng termos es kecuali yang punya warung di rumah.

Tas apakah itu? Sayang sekali saya tak ingat semuanya. Sulit bagi saya untuk mengingat ketika membeli es dengan naik sepeda itu es batunya saya bawa dengan cara bagaimana. Dijepitkan pada boncengan tak mungkin karena ukurannya kecil. Bisa-bisa karena terjemur dalam perjalanan lantas sampai di rumah esnya sudah habis.

Menggunakan tak plastik bukan kresek? Mungkin saja. Tas macam itu biasanya promosi dari toko kelontong dan toko tekstil. Atau barangkali pabrik es memberikan “kreneng” (anyaman bambu pemberongsong buah)? Atau tas rajut berbahan tali plastik kecil mirip tali jemuran? Saya lupa-lupa ingat.

Yang pasti demi minuman dingin buatan sendiri waktu itu banyak orang harus bersusah payah mendapatkan es batu. Bagi saya berarti harus mengayuh sepeda di bawah terik Matahari sejauh hampir dua kilometer pergi-pulang. Sampai di pabrik belum tentu permisi saya didengar oleh keluarga juragan, kadang harus menunggu sepuluh menit sampai yang punya pabrik keluar — aneh juga, mengapa mereka tak memasang bel? Setibanya di rumah es batu hasil pemotongan es balok masih harus dipecah-pecah supaya bisa masuk gelas.

Saya tak tahu kini ada berapa pabrik es batu di Salatiga. Anda tahu?

From → Nostalgia

12 Komentar
  1. Kalo saya, dulu beli es batu tidak di pabrik, cukup ‘nempil’ beli di warung pak Ali yang jual es campur di dekat rumah. Sedang pak Ali belinya dari pabrik. Balok es dibonceng sepeda dengan ditutupi karung goni. Betapa tidak sehatnya kalo ingat waktu itu 🙂

    • Orsuy: adik saya setelah sembuh sari tifus megilan sama es batu yang setiap pagi diturunkan dari truk lalu diseret di atas jalan beraspal yang mungkin ada tléthong-nya 😀

  2. ini lebih lama lagi nih caranya belum sempet ngalamin… dulu beli es kalau belum ada kulkas. biasanya ada keluarga yang jual dalam bentuk kantong plastik. atau beli bongkahan di depot es….

    • Applausr: Iya, setelah pemilikan kulkas mulai agak merata, biasanya ada keluarga (merangkap warung) yang menjuakl es batu dalam plastik. Kira-kira dari seliter air gitu kan ya? Dulu tetangga saya di Yogya malah punya kulkas dan freezer untuk usaha es.

  3. Di Purwokerto dulu ada 1 pabrik es batu. Kayaknya sampai sekarang masih berproduksi.

    • Alyak: Sumber airnya dari mana ya? Oh ya, masa sih Purwokerta dan sekitarnya dulu cukup dilayani oleh satu pabrik es batu? 🙂

  4. Didin permalink

    Di samping Toko Micro – sekarang sudah almarhum – di Jl. Jenderal Sudirman ada jalan turun yang mengarah ke Pungkursari. Nah, pas sehabis turunan, ketika jalan membelok ke kanan, ada sebuah pabrik es batu. Pabrik itu kukut sekitar pertengahan 80-an.

    • Didin: Terima kasih sudah mengingatkan saya. Ya, benar, di sana ada pabrik es. Toko Micro dulu termasuk komplet, jual jarum piringan hitam sampai Toa 🙂

    • Heru permalink

      …ya, itu langganan ibuku klo beli es batu sebelum punya kulkas. Toko Micro sempet disaingi Toko Asri, JendSud juga,…. (masih ada?)

  5. Dulu di th 1960 an di pasar baru lantai 2, ada restoran yg namanya “soponyono” dan di jl. Mbringin ada restoran es kombinasi di sebelah pabrik es nanking.

  6. asty permalink

    numpang tanya, saya baru tinggal di salatiga, dan berencana buka usaha milkshake, tetapi msh kesulitan mencari pabrik es batu yg sudah diserut, saya asli jogja, kalau di jogja ada banyak sprti polar ice atau crystal ice, mohon info untuk di salatiga dmn saya bisa menemukan pabrik es serut? trimakasih sebelumnya.. salam, asty.

  7. arifyn permalink

    saya produksi mbak…di jalan dr. muwardi no. 57 salatiga telp. 0298 313962. bisa diantar.
    es cristal n es serut.

Tinggalkan Balasan ke Orsuy Batalkan balasan